Rabu, 15 April 2009


Kebahagiaan adalah penderitaanmu yang tak bertopeng, 
atau sumur di mana tawamu seringkali bercampur dengan airmata. 
Semakin dalam penderitaan terukir, 
semakin banyak pula kebahagiaan tertuai. 
Bukankah wajan yang terisi makanan lezat adalah logam yang dibakar?
Bukankah mutiara yang kau kenakan adalah derita bagi sang kerang?
Dan bukankah kecapi yang menyejukkan jiwamu adalah kayu yang dilubangi oleh pisau?

Ketika kau bahagia, lihatlah dalam-dalam hatimu, 
dan kau akan menemukan bahwa yang telah memberimu penderitaanlah yang dapat memberimu kebahagiaan.

Saat kau menderita, lihat lagi ke dalam hatimu, 
dan kau dapat menyaksikan dengan kebenaran, 
bahwa kau menangisi apa yang telah menjadi kegembiraanmu.

Bahagia dan derita, keduanya tak dapat dipisahkan.
Bersamaan mereka datang,
dan ketika yang satu duduk sendiri bersamamu,
ingatlah bahwa yang satunya lagi tertidur di ranjangmu…

Untuk mereka yang telah berkorban.
Kupersembahkan tutur dari ‘Sang Nabi’…