Kamis, 22 Januari 2009

Aku Ingin Mabuk, Gila, dan Gembira...

dalam satu episode hujan

Diam sendiri

Nikmati gerimis malam ini

Menanti kerinduan akan satu suara tertumpahkan

Bersama sebaris angan

Kubumbungkan asap menuju langit yang pekat keprihatinan


Diam bersunyi

Karena bulan telah mati

Butir kecil di rambutku terurai menjadi mimpi, bukan air lagi

Dan di dalamnya kusertakan pesan kepada Tuhan

Jangan cerabut nyawaku hingga empat jam lagi


Diam menyepi

Rasakan cinta yang sudah mati

Menunggu-nunggu waktu pada tiap degup menderu

Sambil mencaci diri

Yang tenggelam di laut air mata sendiri


Luka pedih ini

Adalah rongga gelap dalam dadaku

Begitu tersembunyi, hingga darahnya tak kukenali

Dan aku tak pernah tahu lagi

Apakah belulang ini pun masih menjadi tenda bagi jiwaku

Atau cuma penyangga asa

Yang menyulut kemegahan maya


Jerit tanpa suara ini

Adalah duri di balik jantungku sendiri

Tapi tak apa,

Jika memang dewi cinta belum berpihak

Akan kutunggu hingga ia menghampiriku

Mencabut onak di tiap rasa ngilu

Rangkaikan semua duri menjadi kembang ungu


Dan bukankah mawar mekar di antara duri?

Seperti halnya cintaku yang sekarat dan mati ditikam cinta itu sendiri

Sementara ruhnya menjadi mutiara di samudera abadi

Tempat berlabuh semua lagu pemuja rindu

Tempat berpaut segala syair kekasih sejati


Kini, takkan lagi kusembunyikan hati

Aku ingin membuat diriku mabuk, gila, dan gembira

Karena kutahu pasti

Senyum akan datang seusai air mata

Dan robekan kesengsaraan takkan menganga lagi