Diam sendiri
Nikmati gerimis malam ini
Menanti kerinduan akan satu suara tertumpahkan
Bersama sebaris angan
Kubumbungkan asap menuju langit yang pekat keprihatinan
Diam bersunyi
Karena bulan telah mati
Butir kecil di rambutku terurai menjadi mimpi, bukan air lagi
Dan di dalamnya kusertakan pesan kepada Tuhan
Jangan cerabut nyawaku hingga empat jam lagi
Diam menyepi
Rasakan cinta yang sudah mati
Menunggu-nunggu waktu pada tiap degup menderu
Sambil mencaci diri
Yang tenggelam di laut air mata sendiri
Luka pedih ini
Adalah rongga gelap dalam dadaku
Begitu tersembunyi, hingga darahnya tak kukenali
Dan aku tak pernah tahu lagi
Apakah belulang ini pun masih menjadi tenda bagi jiwaku
Atau cuma penyangga asa
Yang menyulut kemegahan maya
Jerit tanpa suara ini
Adalah duri di balik jantungku sendiri
Tapi tak apa,
Jika memang dewi cinta belum berpihak
Akan kutunggu hingga ia menghampiriku
Mencabut onak di tiap rasa ngilu
Rangkaikan semua duri menjadi kembang ungu
Dan bukankah mawar mekar di antara duri?
Seperti halnya cintaku yang sekarat dan mati ditikam cinta itu sendiri
Sementara ruhnya menjadi mutiara di samudera abadi
Tempat berlabuh semua lagu pemuja rindu
Tempat berpaut segala syair kekasih sejati
Kini, takkan lagi kusembunyikan hati
Aku ingin membuat diriku mabuk, gila, dan gembira
Karena kutahu pasti
Senyum akan datang seusai air mata
Dan robekan kesengsaraan takkan menganga lagi